It’s Too Late [Chapter 3]


its-too-late

It’s Too Late – Comeback

 

 

Directed By : Jung Salma

Starring

 

Jessica Jung | Kai | Taeyeon | Luhan

 

 

And Support cast

Find Them In The Story

 

Rating : T

 

Genre : Married Life, Family , Angst , Romance

 

Length : Chaptered

Poster By

Americadoo Art Poster @ Poster Channel

~It’s Too Late~

Kai terkejut ketika mendapati sepasang manusia menginjakkan kakinya didepan pintu rumahnya. Dengan perlahan Kai membuka pintu rumahnya yang tinggi itu. Terlihatlah sepasang manusia itu adalah Taeyeon dan Baekhyun –kakak iparnya. Kai tetap saja berdiam didepan Taeyeon. Tidak merespon sama sekali semua pertanyaan yang dilontarkan Taeyeon. Tidak sama sekali.

Gadis itu pasti sekarang sedang menangis. Aku harus bagaimana sekarang? Haruskah aku bilang kalau Sooyeon sudah tidur? Batinnya. Kai kemudian menggelengkan kepalanya. Yang membuat kedua orang didepannya terheran.

“Apakah kau sedang mabuk?” tanya Baekhyun. Kai mendongak lalu tersenyum kikuk “Ah tidak Hyung. Hanya saja aku berpikir kenapa kalian kerumahku dimalan hari seperti ini? Terlebih hari ini sedang hujan.”

“Tch, bilang saja kau tidak mau kami mengganggu acara malamu dengan istrimu.” Decak Baekhyun. Kai kembali tersenyum kikuk. Entah kenapa sekarang dirinya malah gugup, ah bukan Kai merasa takut kalau kakak iparnya tahu apa yang dilakukannya pada adik Taeyeon.

“Kau tidak mempersilahkan kami masuk? Kami ini tamu mu,Kai” kata Taeyeon. “Uh um? Oh baiklah silahkan masuk Noona.” Kai salah tingkah.

Beberapa langkah memasuk rumah Kai. Taeyeon terkejut karena mendapati Sooyeon sudah berada di depan mereka. “Sooyeon….” teriak Taeyeon.

“Eonni..” jawab Jessica. Taeyeon langsung menghambur kearah Sooyeon dan memeluknya. Seperti dua orang yang baru saja bertemu setelah sekian lama berpisah. Tapi nyatanya Sooyeon dan Taeyeon hanya berpisah selama satu minggu saja.

“Yak gadis jelek. Aku merindukanmu” ejek Taeyeon. “Apa? Eonni merindukan aku? Seperti mimpi saja” jawab Sooyeon yang kemudian dibalas pukulan kecil oleh Taeyeon.

“Aku sungguh merindukanmu gadis jelek. Kenapa kau tidak menelponku ketika kau sudah sampai Seoul?” Taeyeon sedikit cemberut. “Aku lupa, Mian..” jawab Sooyeon.

Kedua pria yang berada di ruang tengah hanya menatap kedua gadis didepannya dengan geli. Bagaimana bisa seorang kakak begitu merindukan adik perempuannya? Keluarga yang unik –menurut Baekhyun.

“Hei, bagaimana proses pembangunan resort Haedo?” tanya Baekhyun pada Kai . “Berjalan dengan baik. Seperti yang telah diperkirakan, tidak lama lagi pasti proyek resort Haedo akan selesai. Hanya saja aku belum mengunjungi ”

Taeyeon mengelus kepala Sooyeon lalu mengusap pipi adiknya penuh kasih sayang. Seminggu sudah mereka tidak bertemu. Serasa ada yang kurang dalam kehidupan Taeyeon sekarang ini.

“Kenapa matamu terlihat merah? Kau habis menangis?” tanya Taeyeon. Jessica hanya menggeleng kecil, ia tidak mau kakaknya tahu bahwa dia sudah menangis karena perbuatan Kai beberapa saat lalu. Ia tidak mau kakaknya menjadi semakin khawatir.

Wajahnya tidak sedikitpun menampakkan kesedihan maupun luka. Terlalu menyedihkan jika Eonni-nya tahu yang sebenarnya. “Aku hanya mengantuk, saat aku akan tidur Eonni datang jadi mataku sedikit merah” Sangkal Sooyeon.

“Eum, baiklah aku akan percaya. Tapi jika Kai menyakitimu beritahu aku. Aku akan mencekiknya” Kata Taeyeon yang dibarengi dengan tawa kecil diakhir kalimatnya. Sooyeon tidak langsung menjawab. Tampaknya dia ragu, tapi dia tidak tega menolak tawaran kakaknya yang satu itu.

“Ne”

.

Kai POV~

Malam ini tentu saja akan menjadi malam yang sangat panjang bagiku. Entah kenapa aku sangat malas untuk masuk ke kamar itu. kamar milikku bersama gadis sialan itu. Melihat sekilas pintunya saja, aku jadi ingin menghancurkannya. Sungguh, aku tidak berbohong.

Kenapa Hyung dan Noona harus menginap disini? Apakah mereka tidak tahu betapa menderitanya hidup bersama gadis cacat yang menyusahkan itu? tidak bisakah kalian membiarkan hidupku bebas sehari saja? Terima sajalah hidupmu Kai..itu takdirmu yang menyedihkan.

Dan satu lagi, kulihat gadis itu sedang berbaring dengan nikmatnya diatas kasurku. Kujelaskan sesuatu, itu adalah kasurku dan yang telah menjadi milikku akan selamanya menjadi milikku.

Aku mendekatinya dengan maksud untuk membangunkannya. Tapi setelah melihat wajahnya yang murung dan menyedihkan seperti itu membuat diriku sendiri mengurungkan niatku.

Sejak kapan aku membenci wajah itu? Sejak kapan aku menganggap gadis didepanku ini sangat membuatku muak?

Aku mendengus kesal, gadis ini mencoba memprovokasiku lagi. Aku harus pergi ke dokter besok pagi, darahku pasti sudah naik lagi.

“Apa itu?” aku mendekati sebuah kotak yang berada dipojok ruangan dekat dengan lemari pakaianku. Seingatku setelah kami pindah aku tidak pernah menyimpan barang dikamar ini. Apa mungkin gadis itu yang menyimpannya.

Aku menarik perlahan kotak itu dan kubuka. Ternyata isinya adalah alat bantu yang selalu Sooyeon gunakan, tapi ada yang aneh didalamnya. Ada beberapa buku tulis dan alat menulis lainnya. Juga sebuah flute kecil berwarna perak. Sejak kapan dia mulai belajar menulis? Apakah dia bisa menulis? Ah tentu saja tidak, matanya saja tidak berfungsi. Mana mungkin dia bisa menulis. Dan flute itu pemberian hyungku saat dia lulus sekolah dasar.

Satu benda lagi yang tersimpan dalam kotak itu, alat bantu berjalan. Kenapa dia menyimpannya disana sedangkan dia membutuhkannya untuk berjalan? Masa bodoh , aku lelah dan sangat lelah apalagi gadis sialan ini tidak membiarkanku untuk melakukan semua yang ingin kulakukan. Hidupku sangat menyedihkan..

Aku menarik bantal dan meleparkannya ke atas sofa. Malam ini aku harus rela membiarkan kakiku kram karena berjam-jam ditekuk di sofa itu.

Keesokan paginya.

Author POV.

Sooyeon menggeliat kecil diatas kasurnya, kemudian dia bangun dan melihat Kai sedang tidur di sofa dengan kaki tertekuk dan tanpa selimut. Sooyeon menatap jam yang ada dimeja, pukul 3 dinihari. Jadi Kai sudah tidur disana selama 5 jam. Sooyeon turun dari ranjangnya lalu berjalan menuju lemari. Ia menatap ke sebelah lemari. Kotak peralatannya bergeser.

Seingatnya kemarin malam setelah Kai melemparkan foto –foto itu Sooyeon menyimpannya dengan rapi, tapi kenapa tutupnya sudah sedikit terbuka? Entahlah mungkin kemarin malam dia terlalu terburu –buru menyimpannya karena Taeyeon.

Ia membuka lemari itu lalu menarik sebuah selimut dari dalamnya. Kemudian menyelimuti tubuh Kai agar tidak kedinginan.

“Wajahmu terlihat tidak baik hari ini? Apakah itu karena aku? Maaf.” Gumam Sooyeon seraya mengusap kening Kai yang berkerut.

“Aku tahu setelah Tiffany menikah, ia langsung mengganti nomor telponnya, Aku kira kalian saling mencintai. Tapi hanya kau yang mencintainya sendirian. Aku berjanji akan mencarikan nomornya untukmu..”

“Aku merasakannya, karena aku mencintaimu_”

“Setidaknya mencintaimu adalah hal yang aku anggap bisa berguna untukku. Walaupun kau memanfaatku…aku tidak apa –apa.” Gumamnya lagi.

Kai bergerak, itu membuat Sooyeon gelagapan dan bingung. Sooyeon takut kalau Kai terbangun. Akan jadi apa Sooyeon kalau Kai bangun?

Sooyeon berjalan meninggalkan Kai, berbaring di ranjangnya dengan mata tetap menatap wajah Kai.

Bip. Ponsel milik Sooyeon berbunyi..

‘Annyeong Su~’

Kening Sooyeon berkerut, ada yang mengiriminya pesan dengan nomor yang tidak dikenal. Sooyeon menyimpan kembali ponselnya di meja nakas. Namun ponselnya berdering lagi.

‘Maaf aku lupa kalau kau masih belum bisa melihat. Mianhae eo? Aku merindukanmu..’

Sooyeon menghela nafas lalu mengetikkan beberapa kata di layar ponselnya.

T : Nuguseyo?

F : Ini aku.. Lulu ~

T : Luhan Oppa?

 

F : Eo. Aku kira kau sudah melupakanku. Selamat atas pernkahanmu. Aku tahu dari Hyun Ahjumma kalau 3 minggu lalu kau sudah menikah dengan Kai.. Aku sedih, kukira kita yang akan menikah tapi kau malah menikah tapi kau malah menikah dengan Kai. Walaupun begitu Chukkae.~

T : Gomawo Oppa, oh iya kapan Oppa akan ke Seoul? Apakah sebegitu bencinya-kah oppa padaku sampai tidak mau kembali kesini?

F : Hei gadis nakal. Aku sudah ada di Seoul sekarang dan aku akan segera menemuimu sebentar lagi. Tunggu saja. Ini sudah malam tidurlah~

 

Tunggu, Luhan sudah ada di Seoul? Kenapa dia tidak memberitahunya sebelumnya? Apakah Sooyeon harus senang? Sepertinya tidak karena dia sudah mengingkari janji mereka waktu kecil dulu.

Flasback –

Sooyeon dan Luhan berjalan di taman sekolah mereka. Menunggu mobil jemputan untuk membawa mereka pulang.

“Yeonnie –ah. Aku punya sesuatu untukmu.” Luhan merogoh saku rompi seragamnya. Ia mengeluarkan sebuah permen lingkaran yang bentuknya mirip seperti cincin.

“Ige mwonde?” tanya Sooyeon. Luhan tersenyum lalu menarik tangan Sooyeon.

“Ini cincin untukmu, tadi malam aku melihat pacar Lizzy noona memberikannya cincin.” Jawab Luhan yang memasukkan cincin itu ke jari jempol Sooyeon.

“Hei ini bukan cincin tapi permen pedas.” Cibir Sooyeon.

“Kita kan masih kecil jadi kalau mau menikah harus memakai cincin seperti ini.” Luhan kecil beralasan. “Aku suka_”

“Kau menyukaiku?” tanya Luhan dengan pipi merona. “ Bukan..aku suka permen ini..hehe” jawab Sooyeon, membuat Luhan cemberut namun lucu. Sooyeon terkekeh, “Aku juga menyukai Oppa.”. Luhan tersenyum, “Kalau begitu saat besar nanti, Kau mau kan jadi istriku?”

Sooyeon berpikir seraya mengerucutkan bibirnya, terlihat lucu. “Joha..aku akan menjadi istrimu Oppa..”

Luhan dan Sooyeon tersenyum lalu berjalan kembali ke kelas untuk mengambil tas mereka.

Flasback end –

Sooyeon terbangun dari tidurnya, ternyata semua itu hanya mimpi. Mimpi manis dan menyenangkan saat dia berumur 6 tahun. Dan saat –saat itu adalah saat paling menyenangkan sebelum dia mengalami kecelakaan. Dia berjanji untuk menjadi istri untuk dua orang, mereka adalah Luhan dan Jongin.

Sooyeon beranjak turun dari ranjangnya, lalu melihat jam yang kini menunjukkan pukul setengah enam pagi. Sooyeon tersenyum, dia tidak terlambat hari ini. Tapi senyuman itu kembali luntur saat melihat sofa ternyata kosong. Kai tidak ada.

Dia dimana ? Tidak biasanya Kai bangun sepagi ini? Apakah ada masalah dikampus? batin Jessica.

Tapi semua perkiraan itu hilang setelah Sooyeon mendengar suara percikan air dari kamar mandinya, yang menandakan kalau Kai sedang berada disana.

Sooyeon berjalan keluar kamar, mendengar suara gaduh dari dapurnya..

“Apakah sepagi ini Hyun Ahjumma sudah ada disini?” kata Sooyeon. Kemudian ia berjalan kearah dapur. “Hyun Ahjumma..”

Matanya seketika terbelalak saat melihat Taeyeon sedang memasak dengan apron biru yang membalut tubuhnya. Sooyeon merutuki dirinya karena lupa kalau kemarin malam Taeyeon dan Baekhyun datang mengunjunginya.

“Eonni_”

“Eo? Kau sudah bangun?”

“Ne, kenapa eonni memasak? Sebentar lagi Hyun ahjumma akan datang.”

“Tidak, aku hanya ingin memasaknya untuk adikku”

“Baekhyun oppa mana?”

“Dia masih tidur, kurasa dia kelelahan karena melakukan survei ke lokasi penambangan kemarin.”

“Kalau begitu biarkan saja Oppa tidur.”

“Lalu mana Kai?”

“Dia sedang mandi”

Sooyeon menghampiri Taeyeon lalu mengikutinya untuk mencoba memasak. Sooyeon tahu dirinya tidak bisa sedikitpun memasak karena seumur hidupnya ia tidak pernah memasak. Tapi ia tetap ingin menolong kakaknya.

“Eonni, bagaimana reaksimu jika aku sudah bisa melihat?” tanya Sooyeon pelan.

Taeyeon menghentikan kegiatannya lalu menatap Sooyeon, “Kau bisa melihat?”

“Tentu saja_”

Mata Taeyeon membelalak. “Tidak”

Taeyeon merasa lemas, dipagi seperti ini adiknya sudah sedikit mengejutkannya walaupun itu hanya lelucon semata. Sooyeon bisa melihat? Itu adalah harapannya.

“Kau bahagia bersama Kai?” tanya Taeyeon. Sooyeon mengangguk

“Apa makanan kesukaan Kai??”

“Eo? Aku belum tahu.”

“Mana mungkin kau tidak tahu” kata Taeyeon.

“Sebenarnya aku belum pernah bertanya padanya, Hyun ahjumma yang selalu memasaknya. Aku tdak berguna bukan? Aku pernah merasa heran kenapa Kai mau memilihku dibandingkan kalian? Sepertinya Kai mabuk saat itu sampai memutuskan hal yang gila.”

Taeyeon tersenyum getir, begitukah Sooyeon menilai dirinya sendiri. Kalau sudah seperti ini siapa yang harus disalahkan? Bukankah itu semua Tuhan yang menentukan?

“Kudengar Luhan oppa sudah kembali.” Ujar Taeyeon. Membuat Sooyeon menghentikan kembali kegiatannya. “Memang, tadi malam dia memberiku pesan kalau dia akan kesini secepatnya.”

Taeyeon tersenyum, “Baguslah, orang yang perhatian padamu akan segera kembali.”

.

Jam sudah menujukkan pukul 2 sore, Taeyeon dan Baekhyun sudah pulang dari agenda mengunjungi Sooyeon. Kini rumah ini kembali menjadi sepi seperti sebelumnya. Hanya ada dirinya bersama Hyun ahjumma di rumah yang sangat besar ini.

“Sooyeon, kapan kau akan mengatakan pada semuanya?” tanya Hyun ahjumma. Jessica tersadar dari lamunannya lalu menatap foto pernikahannya.

“Aku tidak tahu Ahjumma. Haruskah aku memberitahu mereka kalau aku sudah bisa melihat?” Sooyeon balik bertanya. Hyun ahjumma menggenggam tangan Sooyeon “Tentu saja, itu adalah kabar yang sangat membahagiakan untuk mereka setelah sangat lama menunggu”

“Entahlah, aku belum mau mengungkap segalanya. Aku khawatir akan ada yang tersakiti akhirnya.”

Hyun Ahjumma tersenyum, lalu mengusap puncak kepala Sooyeon, “Sejak kapan gadis kecilku berubah menjadi wanita dewasa seperti ini?”

Sooyeon terkekeh, “Sudah lama sejak Ahjumma mengganti nama dari Millary menjadi Hyun Ahjumma. Kekeke. Itulah dimana aku mengerti, Ahjumma berpura-pura menjadi Ibuku. Dan aku harus mengarang kisah hidupku. Karena jika aku tetap menjalani hidup sebagai Jung Sooyeon putri Jung Il Woo, maka akan ada banyak yang terluka nantinya. Mulai dari Daddy, Eonni sampai aku sendiri”

“Dan aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika saat aku menceritakan semuanya dan Sunyoung eonni terluka.”

“Kebisaanmu masih saja tidak berubah, kau merelakan kebahagianmu untuk orang yang kau sayangi. Walaupun hal itu malah membuatmu tersakiti. Mianhae..aggassi”

“Hyun Ahjumma, tidak perlu seperti itu. aku akan terlihat seperti anak yang tidak berbakti pada ibunya.”

Keduanya terkekeh lalu melanjutkan pembicaraan mereka.

In Other Place~

Kai bolak balik di gedung fakultasnya. Sudah beberapa bulan sejak ia hilang kontak dengan Tiffany. Sejak itulah Tiffany tidak pernah lagi terlihat di kampus. Kai tidak bisa mengerti jalan pikiran gadis itu, mulai dari dia menikah dengan oranglain dan menhilang dari sekolah.

Sudah 3 jam setelah materinya selesai. Kai belum juga pulang dari kampusnya? Dia seperti gila, mencari orang yang tentu saja tidak ada.

“Kudengar Tiffany Sunbae sedang hamil~”

Mata Kai terbelalak ketika sekumpulan manusia yang berkumpul dibelakangnya menggunjingkan Tiffany. Yang membuatnya terkejut adalah kata –kata yang menyatakan kalau Tiffany sedang hamil. Apakah itu benar?

“Benar, saat menghadiri Sohu Korean Fashion Show, perutnya membuncit”

“Iya, kemarin saat Tiffany sunbae menemui para fans setelah konser, temanku mengatakan kalau Tiffany Sunbae memakai pakaian ketat yang memperlihatkan perutnya yang sedikit membesar.”

“Anaknya pasti akan mirip dengan Tiffany sunbae dan Jumyeon sunbae. Bukan begitu? Tiffany dan Jumyeon sunbae –kan sangat cantik dan tampan.”

“Kuharap begitu”

 

Mendengar kata –kata para Hoobaenya itu membuat telinga Kai memanas. Ingin sekali dia menggiling mulut –mulut lancang yang dengan terang –terangan membicarakan Tiffany dibelakangnya.

“Aish, jika ini bukan di kampus maka sudah ku pastikan kalian berempat akan pergi dengan menunduk!” serapah Kai.

Kai berjalan dengan cepat menuju lapangan parkir. Sungguh moodnya bubuk sekali hari ini. Tiba tiba seorang pria berkacamata hitam memanggilnya

“Hei…Kkamjong…!!” seru pria itu. Pria itu membuka kacamata hitamnya ternyata dia adalah Luhan.

“Oh Hyung..”

“How are you kkamjong? Kau tahu, berada di Seoul lebih menyenangkan dari Beijing.”

“Kapan kau kembali?”

“Dua hari yang lalu. Kenapa? Kau tidak suka aku kembali?”

“B..bukan begitu”

“Kalau begitu ayo kita kembali ke rumahmu, aku ingin bertemu Sooyeon.”

Dan nama pertama yang keluar dari mulut Hyungnya ini adalah Sooyeon –Cinta pertama Luhan. Kalia tahu bagaimana bosannya dia mendengar nama Sooyeon. Kai begitu merindukan nama Tiffany. Kali ini ia harus mengarang cerita atau harus terjebak dengan obrolan memuakkan saat dirumah nanti.

“Raehun –ah” beruntunglah Kai karena teman sekelasnya berjalan didepannya. “Oh , Mianhae Hyung. Sebentar lagi aku akan ujian skripsi jadi harus mengerjakannya bersama temanku. Hyung pergi sendri saja kerumahku. Sooyeon pasti tidak akan kemana –mana, dia akan ada dirumah. So, bye hyung.” Kai berlari seraya melambaikan tangannya dan menghampiri temannya.

Luhan menghela nafasnya. Kebiasaan Kai yang sering mengacuhkan orang tidak berubah. Usianya sudah 23tahun tapi dia masih saja egois, akan jadi apa rumah tangganya nanti jika dia masih tetap kekanakkan seperti itu?

Few minutes later.

Sooyeon berlarian di halaman rumahnya, dia merasa sangat senang sekali. Baru kali ini setelah sekian lama ia bisa menyiram bunga sendiri dan melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan Hyun Ahjumma ataupun Taeyeon. Kalian bisa rasakan apa yang dirasakan Sooyeon saat ini? Dia bagaikan menggenggam seluruh dunia dengan tangannya.

“Ahjumma, bagaimana bentuk ulat?” tanya Sooyeon yang terdengar sedikit konyol. Hyun Ahjumma tersenyum. “Disini tidak ada ulat, hanya ada cacing.”

Hyun Ahjumma memberikan cacing itu pada Sooyeon, Sooyeon berteriak ketakutan. Baru pertama kali ia bisa melihat hewan yang kenyal dan menggelikan itu walaupun matanya sudah pulih selama satu tahun.

Selama setahun ini ia hanya habiskan dengan belajar dan menulis tanpa bantuan braile. Sooyeo sangat –sangat senang. Lebih senang dibanding saat ia tahu kalau Kai akan menikah dengannya.

“Ahjumma, aku takut…jauhkan” teriak Sooyeon. Bukannya berhenti Hyun Ahjumma malah melemparkannya kearah Sooyeon. Sooyeon bergidik ngeri bercampur senang.

Hyun ahjumma terdiam, teryata Luhan telah sampai dirumah Sooyeon. Luhan tersenyum lalu berjalan mengendap –edap menghampiri Sooyeon. Hyun Ahjumma ingin menyapa tapi Luhan melarangnya dengan menaikkan telunjuknya ke bibirnya. Mengisyaratkan kalau Hyun Ahjumma tidak boleh berisik karena Luhan ingin menjahilinya.

Sooyeo terus saja berjalan mundur, sampai…

“Duarrr” Luhan memcoba mengagetkan Sooyeon. Sooyeon berbalik dan melihat Luhan yang ada dibelakangnya.

“Oppa….Luhan Oppa” kata Sooyeon

Mata Luhan membelalak, bagaimana Sooyeon bisa tahu itu adalah dirinya padaha Hyun Ahjumma sama sekali tidak memberi tahunya? Mungkinkah..

“Yeonni –ah. Apakah sekarang kau bisa melihat??”

Sooyeon tercekat, dengan sangat cepat Luhan bisa mengetahuinya? Apakah ini adalah akhir dari sandiwaranya?

-Tbc-

2 thoughts on “It’s Too Late [Chapter 3]

  1. huaaaaaaa….. akhirnyaaa ada luhan… cieee…. ahhh pengennya sih hansica… tapi gapapa deh kaisica juga… tapi jadi benci ama sikap kai… huh awas aja kalau cinta beneran terus sicanya udah jd milik luhan….

Leave a comment